đ Cerita Batu Golog Dalam Bahasa Sasak
BatuGolog (Golog Stone) A story from West Nusa Tenggara. A long time ago, there lived a poor family in Padamara near Sawing River, West Nusa Tenggara. They worked as agricultural laborers. The husband was named Amaq Lembain, and his wife was named Inaq Lembain. They had two sons. The sons would come with their mother every time she pounded rice.
Diaberdoa kepada Tuhan untuk menghukum putrinya. Tuhan menjawab doanya. Perlahan, kaki gadis itu berubah menjadi batu. Prosesnya berlanjut ke bagian atas tubuh gadis itu. Gadis itu sangat panik. "Ibu, maafkan aku!" dia menangis dan meminta ibunya untuk memaafkannya. Tapi sudah terlambat. Seluruh tubuhnya akhirnya menjadi batu besar.
NTB- Indonesia. Buku 366 Cerita Rakyat Nusantara. Rating : 2.5 (63 pemilih) Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satu daerah Tingkat II di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah kawasan wisata pantai yang sangat menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
StoryTelling Cerita "CINDERELLA" dalam Bahasa Inggris Dan Artinya; Nama Bulan Dalam Bahasa Inggris Dan Contoh Penggunaannya; 61 Nama Buah-Buahan Dalam Bahasa Inggris Lengkap Dan Artinya; Pengertian Generic Structure Dan Contoh Procedure Text
Amanatcerita legenda batu golog dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini adalah setiap orang tua hendaknya merawat dan menyayangi anaknya dengan sebaik-baiknya. Kesibukan bekerja bukanlah alasan yang tepat untuk mengabaikan mendidik anaknya sendiri. Bagaimanapun, masa depan anak-anak tergantung dari kasih sayang orang tua sejak kecil.
KAMUSBAHASA SASAK Rabu, 21 Desember 2011. KAMUS BAHASA SASAK-INDONESIA. A. Abang: merah. abot : malas, tidak mau berusaha. abu : abu, bapak, ayah. (biasanya panggilan untuk tokoh masyarakat) (nâ=pro) : mengajari, mengajarkan, biasanya digunakan dalam ungkapan memperingati seseorang) bârajah (bâr=fre) : belajar. Ajaq (bh) : bohong
PenyesaIanInaq Lembain pada jaman dahulu kala menjadi latar belakang Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat : Batu Golog. Sama seperti Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat: Kisah Sari Bulan maka legenda Batu Golog menjadi latar belakang asal muasal tiga daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat.Jika teman-teman berasal dari NTB tentunya tidak asing dengan Desa Gembong, Dasan Batu dan Montong Teker
. 0% found this document useful 0 votes10 views2 pagesDescriptionfolklore from indonesiaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes10 views2 pagesLegenda Batu Golog IlustrasiJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Ini adalah salah satu cerita rakyat Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu legenda âBatu Gologâ yang dikisahkan secara turun temurun. Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak. Alkisah, dahulu pada suatu masa hiduplah sebuah keluarga miskin di daerah Padamara dekat Sungai Sawing. Walau hidup miskin, tapi mereka tetap bekerja tanpa kenal lelah. Keluarga ini terdiri atas suami yang bernama Amaq Lembain dan sang istri bernama Inaq Lembain. Mereka memiliki 2 orang anak. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Karena hanya buruh tani, maka etiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi. Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya juga pergi ikut. Pada suatu hari, sang ibu sedang asyik menumbuk padi. Kemudian kedua anaknya diletakkan diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja. Sang anak hanya melihat dengan penuh kesabaran. Tiba-tiba ada hal yang aneh terjadi, waktu Inaq mulai menumbuk, batu tempat kedua anaknya duduk tadi makin lama makin tinggi karena naik. Karena merasa posisinya terus tinggi dan naik, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya âIbu batu ini makin tinggi.â Tapi sayang, Inaq Lembain terus saja sibuk bekerja. Lalu sang ibu menjawab âAnakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbukâ Hal tersebut terjadi berulang kali. Batu ceper tempat duduk anaknya itu makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Melihat kondisi yang sangat aneh dan posisi yang makin tinggi, lalu kedua anak itu kemudian menjadi takut dan berteriak dengan sekeras-kerasnya. Tapi sayang, Inaq Lembain masih tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi. Kemudian Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Akhirnya kedua anak menangis sekeras-kerasnya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq. Akhirnya Inaq Lembaian merasa menyesal, dia pun menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya. Dia berdoa dengan penuh harap. Kemudian doa si ibu dijawab. Dia lalu diberi kekuatan gaib. Inaq Lembaian mendapat petunjuk bahwa dia harus menggunakan sabuknya. Dia pun kemudian mengikuti perintah tersebut, akhirnya dia mengambil sabuknya dan mulai menebas Batu Goloq tadi. Kemudian, ada hal aneh terjadi, sesaat setelah Inaq Lembaian menebaskan sabuknya pada batu Golog, lalu batu tersebut terpenggal menjadi tiga bagian. Lalu bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong oleh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Sementara itu bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Sedangkan potongan ketiga atau terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker. Ada hal ajaib lain yang terjadi. Kedua orang anak Inaq Lembaian ternyata tidak jatuh ke bumi. Tapi mereka telah berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo. Sedangkan anak kedua atau adiknya kemudian berubah menjadi burung Kelik. Kedua burung ini lalu terbang dengan mengepakkan sayapnya. Mereka pergi kesana kemari. Mereka sekarang hidup sebagai burung, bukan manusia lagi. Tapi ada satu hal yang berbeda dibandingkan dengan burung pada umumnya, ternyata kedua burung tersebut tidak bisa mengerami telurnya, karena kedua burung ini berasal dari manusia. Originally posted 2013-11-22 130527. Republished by Blog Post Promoter
22/05/2019Pada suatu masa, di daerah Padamara, dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, hidup sepasang suami istri yang sangat miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain, sedangkan suaminya bernama Amaq Lembain. Setiap hari mereka pergi ke rumah-rumah penduduk yang juga bekerja sebagai petani untuk mencari pekerjaan. Bahkan suami istri tersebut harus pergi dari satu desa ke desa lainnya sambil membawa kedua anak mereka. Ketika mereka tiba di sebuah rumah penduduk yang tampak sibuk menumbuk padi, Inaq Lembain menghampirinya. âMaaf Bu, adakah pekerjaan untuk saya? Saya bisa membantu ibu menumbuk padi,â tanya Inaq Lembain. âSebenarnya kami tidak memerlukan tenaga tambahan,â ucap ibu pemilik rumah. âTolonglah saya. Berilah saya pekerjaan agar anak saya bisa makan hari ini,â ucap Inaq Lembain memelas. Karena iba melihat Inaq Lembain, ibu pemilik padi itu memberinya pekerjaan. Inaq Lembain disuruhnya membantu menumbuk padi. Ketika menumbuk padi, kedua anak Inaq Lembain diletakkan di sebuah batu ceper yang tidak jauh dari tempatnya menumbuk padi. Batu itu bernama batu golog. âTunggu di sini, Nak. Ibu akan bekerja. Kalian jangan nakal ya,â pesan Inaq Lembain kepada kedua anaknya. Kemudian, Inaq Lembain bekerja menumbuk padi. Tidak berapa lama, kedua anak Inaq Lembain berteriak-teriak memanggilnya. âIbuâŠibuâŠ!â teriak kedua anak Inaq Lembain. Ternyata keanehan terjadi pada batu yang diduduki oleh kedua anak Inaq Lembain. Batu itu bergerak naik dan makin tinggi. âTunggulah kalian di situ sebentar! Ibu sedang bekerja,â ucap Inaq Lembain tanpa menggubris teriakan kedua anaknya. Kedua anak itu pun kembali berteriak, âIbuâŠ, batu ini semakin lama semakin tinggi,â teriak anaknya. Karena dipikirnya sang anak sedang bercanda saja atau merengek meminta sesuatu, Inaq Lembain tidak menanggapinya. Batu itu pun semakin lama semakin tinggi tanpa disadarinya. Tingginya sudah melebihi pohon kelapa, sang anak pun berteriak-teriak semakin keras. âIbuâŠibuâŠtolong!â teriak anaknya sekali lagi. âTunggu, ibu sedang bekerja,â ucap Inaq Lembain. Akhirnya, teriakan anak-anaknya terdengar makin sayup. Inaq Lembain tetap tidak menggubris teriakan anaknya. Karena semakin lama, suara mereka makin tak terdengar, ia berpikir bahwa sang anak tentulah sudah lelap tertidur. Ia sama sekali tak menyadari kalau batu golog yang semakin tinggi itu kini telah sampai menembus awan. Ketika ia melihat ke arah anaknya ditinggalkan tadi, ia tak menemukan mereka lagi. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa anak-anaknya telah terbawa batu golog di ketinggian hingga hampir tak terlihat lagi. Inaq Lembain sangat bingung untuk menyelamatkan kedua anaknya. Ia menangis dan memohon kepada Dewata untuk bisa mengambil anaknya yang dibawa naik batu golog hingga sampai ke atas awan. Doa Inaq Lembain pun terkabul. Ia diberi kekuatan gaib oleh Dewata. Dengan sabuknya ia bisa memenggal batu golog dengan hanya sekali tebasan saja. Batu golog itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian-bagian batu golog yang terpenggal itu terlempar sangat jauh. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang menyebabkan tanah bergetar. Tempat jatuhnya batu itu menjadi sebuah desa yang kemudian berubah nama menjadi sebuah desa yang kemudian diberi nama Desa Gembong. Bagian kedua batu golog jatuh di suatu tempat yang kemudian tempat itu diberi nama Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada seseorang yang melihat batu tersebut jatuh. Sedangkan, bagian ketiga batu golog jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Montong Teker. Nama ini diberikan karena bagian terakhir dari batu golog yang terjatuh ini menimbulkan suara gemuruh. Meskipun batu golog sudah terpecah menjadi tiga bagian, Inaq Lembain tetap tidak bisa mendapatkan anaknya lagi. Anak-anaknya tidak jatuh ke bumi, tapi berubah menjadi dua ekor burung. Sang kakak telah berubah menjadi burung Kekuwo, sedangkan sang adik telah berubah menjadi burung Kelik. Karena kedua burung tersebut berasal dari manusia, maka keduanya tidak bisa mengerami telurnya sendiri. Inaq Lembain begitu menyesal karena terlalu sibuk bekerja dan tidak memperhatikan teriakan anak-anaknya. Pesan moral Setiap orang tua hendaknya merawat, mendidik dan menyayangi anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Kesibukan bekerja bukanlah suatu alasan untuk mengabaikan anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Masa depan anak-anak tergantung peran orang tua membimbing mereka. Penyesalan selalu datang kemudian, pada orang tua yang lebih mengutamakan pekerjaan dibanding kepentingan keluarganya.
cerita batu golog dalam bahasa sasak